LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN
A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
Menurut
etimologi sosiologi berasal dari bahasa
Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan.
Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup
manusia atau masyarakat.
Definisi sosiologi menurut para
ahli :
1. Menurut
Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia
dalam kelompok.
2. Selo Soemardjan dan Soelaiman
Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur
sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah
keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial, lembaga-lembaga sosial,
kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.
3. August Comte berpendapat bahwa
sosiologi adalah ilmu terutama mempelajari manusia sebagai makhluk yang
mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
4. Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian
sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah
memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan
susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan
prinsip-prinsip menganai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan
pribadi.
Sosiologi
dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum yang menyelidiki gejala
sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari
sosiologi umum yang menyelidiki aspek kkehidupan sosio-kultural secara
mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Berdasarkan
definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur
sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi
sebagai ilmu, karena bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di
lapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase
penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam
waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari
penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di
masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori
yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu
menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di
dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.
B. PENGERTIAN BUDAYA
Kata
budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi
atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari
kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri
diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia,
sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok
manusia.
Menurut
Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran
Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup
bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota
masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat
sitiadat dan nilai-nilai kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan
adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Kebudayaan
yaitu “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar”
(Koentjaraningrat, 1985). Terdapat tiga jenis wujud dari kebudayaan, ketiga
wujud kebudayaan tersebut adalah:
1)
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan,
nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb.
2)
Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia
dalam masyarakat.
3)
Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
C. PENGERTIAN SOSIAL BUDAYA
Sosial budaya adalah struktur sosial dan
pola budaya dalam suatu masyarakat. Landasan sosial budaya, mengacu pada
hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu secara alami, artinya
aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Landasan sosial budaya pada
pendidikan adalah
peranan
aspek sosial budaya pada pendidikan.
Sebagai
makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara
berkelompok membentuk budaya. Karena aspek sosial telah melekat pada diri
individu, maka perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik agar menjadi matang. Di samping tugas
pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam
membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu
diperhatikan dalam proses pendidikan.
D. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA
MASYARAKAT
Perubahan sosial budaya adalah sebuah
gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam
setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa
kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan
sosial budaya terjadi karena beberapa faktor, baik internal maupun eksternal.
Faktor internal, antara lain: komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat;
perubahan jumlah penduduk; penemuan baru; terjadinya konflik atau revolusi; dan
faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan
pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada
pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang
intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang
lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan
yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal
yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi
perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.
E. LANDASAN SOSIAL BUDAYA DALAM PENDIDIKAN
Aspek
sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek
budaya dalam pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak
dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara
belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan
bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Berikut akan dibahas mengenai sosial
dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1.
Sosiologi
dan Pendidikan
- Definisi sosiologi pendidikan
Beberapa
defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:
1. Menurut F.G. Robbins, sosiologi
pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan
dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat
pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya
dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan
kultural, proses perkembangan kepribadian, dan hubungan kesemuanya dengan
proses pendidikan.
2.
Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan
bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan
masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied
sociology.
3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A.,
Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara
mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar
lebih baik.
4. Menurut F.G Robbins dan Brown,
Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan
hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta
mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial
serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G Payne, Sosiologi
Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari
segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Menurut Drs. Ary H. Gunawan,
Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan
masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari
beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah
ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika,
masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui
analisis atau pendekatan sosiologis.
b. Tujuan Sosiologi
pendidikan
1. Sosiologi pendidikan bertujuan
menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun
masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan
kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang
terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan
cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga
intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan
sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan
menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak orang/pakar yang
beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan
masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu
menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak
pula, guna menambah kesejahteraan sosial). Disamping itu dengan pengetahuan dan
keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas
sosial.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan
menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga
pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana
lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di
tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta
tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis
partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial.
Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan
tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang
berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial,
terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi
motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan bertujuan
membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan
pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup
bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan
kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan
pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan
nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun
sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan
yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi
pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti
dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang
efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara
cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi
pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang
terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang
pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan
untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan
(role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar
bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga
bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur
masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah
sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti
tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan
sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan
pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Tujuan
sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan
pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi
pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan
fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah
memanusia. Itulah sebabnya sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun
1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu
kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun
nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan
diselenggarakan adalan:
1.
untuk mengembangkan kemampuan
manusia Indonesia,
2.
meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam
3.
meningkatkan martabat manusia
Indonesia,
4. mewujudkan tujuan nasional melalui
manusia-manusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk
manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan
mengembangkan diri, meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam
rangka mencapai tujuan nasional.
c. Ruang lingkup yang
dipelajari oleh sosiologi pendidikan
meliputi empat bidang :
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.
Hubungan kemanusiaan.
3.
Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.
Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
d. Sosiologi pendidikan
meliputi
1)
interaksi guru-siswa
2) dinamika kelompok di kelas dan di
organisasi intra sekolah
3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap
pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan
adalah tentang konsep proses sosial.
e. Proses sosial
dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut :
1.
Imitasi atau peniruan
2. Sugesti, yang akan terjadi apabila
jika seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain
yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.
3. Identifikasi, yang berusaha
menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah sadar.
4.
Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang
lain.
2. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan
menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta
kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran
Manan, 1989)
Hassan
(1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan : (1) norma-norma, (2) folkways
yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores. Sementara itu Imran
Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
(1) Gagasan
(2) Ideologi
(3) Norma
(4) Teknologi
(5) Benda
Agar
menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
(1)
Kesenian
(2) Ilmu dan
(3) Kepandaian.
Kebudayaan
dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : (1) Kebudayaan umum, misalnya
kebudayaan Indonesia, (2) Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali,
Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan (3) Kebudayaan popular,
yaitu suatu kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata
lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi
kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah :
(a) Penerus keturunan dan pengasuh anak
(b) Pengembangan kehidupan berekonomi
(c) Transmisi budaya
(d) Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan
Yang Maha esa
(e) Pengendalian social
(f) Rekreasi.
Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
(a)
Originasi atau penemua-penemua baru
(b) Difusi atau percampuran budaya baru dengan
budaya lama
(c) Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan
agar sesuai dengan keadaan zaman.
F. MASYARAKAT INDONESIA DAN
PENDIDIKAN
1. Masyarakat dan Sekolah
Sekolah
tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, hal ini jelas karena :
Ø
Sekolah milik masyarakat
Ø
Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat
kebudayaan
Ø
Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya
masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak
Ø
Masyarakat memberi dukungan kepada
sejumlah sekolah
Ø
Perlu ada badan kerjasama antara sekolah
dengan masyarakat dalam menyukseskan
pendidikan.
- Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian
besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan
untuk meningkatkan hidup dan kehidupan, asumsi mereka adalah makin tinggi
ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji
yang diterima.
Tidak
banyak yang menyadari (bahkan oleh pendidik sekalipun) bahwa kebudayaan
termasuk pendidikan di masyarakat, adalah sarana/wadah yang penting dalam proses pembelajaran untuk mengembangkan anak
secara wajar , akibatnya perlu dilakukannya sejumlah pembenahan, antara lain :
a. Kerjasama
orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan perlu
ditingkatkan.
b. Pendidikan
nonformal dan pendidikan informal, harus
ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan
pendidikan jalur formal.
c. Kebudayaan,
terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan
anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak negatif.
d. Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain
perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya
untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga
merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan
metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu
dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan
untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu,
dalam masa transisi ini kalau pendidikan
akan direorganisasi, perlu :
a. Memasukkan
materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
b. Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik
individual maupun kelompok.
c. Beberapa kali mengadakan survei di
masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
d. Ikut memecahkan masalah masyarakat dan
keluarga.
e. Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif
menciptakan sesuatu yang
DAFTAR PUSTAKA
http://landasan
kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/Makalah Landasan Sosial
Budaya Pendidikan_Defauzan’s Blog.htm
http://landasan
kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/LANDASAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN_RahMaWaTi iNDaH LesTaRi.htm
http://landasan
kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/LANDASAN SOSIAL BUDAYA
PENDIDIKAN_Dina Octaria.htm
http://nyimasindakusumawati.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar