Sabtu, 19 Oktober 2013

LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN




LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN

A. PENGERTIAN SOSIOLOGI
Menurut etimologi sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu kata socious yang berarti teman, dan logos berasal dari bahasa Yunani yang berarti pengetahuan. Pengertian tersebut diperluas menjadi ilmu pengetahuan tentang pergaulan hidup manusia atau masyarakat.
Definisi sosiologi menurut para ahli :
1.    Menurut Roucek dan Warren sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan manusia  
    dalam kelompok.
2. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi menyatakan bahwa sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses sosial, termasuk perubahan sosial. Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur sosial, lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok sosial, dan lapisan-lapisan sosial.
3. August Comte berpendapat bahwa sosiologi adalah ilmu terutama mempelajari manusia sebagai makhluk yang mempunyai naluri untuk senantiasa hidup bersama dengan sesamanya.
4. Menurut Abu Ahmadi Objek penelitian sosiologi adalah tingkah laku manusia dalam kelompok. Sudut pandangnya ialah memandang hakekat masyarakat, kebudayaan dan individu secara ilmiah. Sedangkan susunan pengetahuan dalam sosiologi terdiri atas konsep-konsep dan prinsip-prinsip menganai kehidupan kelompok sosial, kebudayaan dan perkembangan pribadi.
Sosiologi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sosiologi umum yang menyelidiki gejala sosio-kultural secara umum, dan sosiologi khusus, yaitu pengkhususan dari sosiologi umum yang menyelidiki aspek kkehidupan sosio-kultural secara mendalam, salah satunya adalah sosiologi pendidikan.
Berdasarkan definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dalam kelompok-kelompok dan struktur sosialnya. Sosiologi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Empiris, adalah ciri utama sosiologi sebagai ilmu, karena bersumber dan diciptakan dari kenyataan yang terjadi di lapangan.
2. Teoretis, adalah peningkatan fase penciptaan tadi yang menjadi salah satu bentuk budaya yang bisa disimpan dalam waktu lama dan dapat diwariskan pada generasi muda.
3. Komulatif, sebagai akibat dari penciptaan terus-menerus sebagai konsekuensi dari terjadinya perubahan di masyarakat, yang membuat teori-teori itu akan berkomulasi mengarah kepada teori yang lebih baik.
4. Nonetis, karena teori itu menceritakan apa adanya tentang masyarakat beserta individu-individu di dalamnya, tidak menilai apakah hal itu baik atau buruk.

B. PENGERTIAN BUDAYA
Kata budaya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai pikiran, akal budi atau adat-istiadat. Secara tata bahasa, pengertian kebudayaan diturunkan dari kata budaya yang cenderung menunjuk pada pola pikir manusia. Kebudayaan sendiri diartikan sebagai segala hal yang berkaitan dengan akal atau pikiran manusia, sehingga dapat menunjuk pada pola pikir, perilaku serta karya fisik sekelompok manusia.
Menurut Taylor kebudayaan adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat. Imran Hasan mengemukakan bahwa kebudayaan adalah keseluruhan hasil manusia hidup bermasyarakat berisi aksi-aksi terhadap dan oleh sesama manusia sebagai anggota masyarakat yang merupakan kepandaian, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat sitiadat dan nilai-nilai kepandaian. Sedangkan Kneller mengatakan kebudayaan adalah cara hidup yang telah dikembangkan oleh anggota-anggota masyarakat.
Kebudayaan yaitu “keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar” (Koentjaraningrat, 1985). Terdapat tiga jenis wujud dari kebudayaan, ketiga wujud kebudayaan tersebut adalah:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan-peraturan, dsb.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat.
3) Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.

C. PENGERTIAN SOSIAL BUDAYA
       Sosial budaya adalah struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Landasan sosial budaya, mengacu pada hubungan antar individu, antar masyarakat dan individu secara alami, artinya aspek yang telah ada sejak manusia dilahirkan. Landasan sosial budaya pada pendidikan adalah
peranan aspek sosial budaya pada pendidikan.
Sebagai makhluk sosial, manusia merupakan bagian dari sistem sosial masyarakat secara berkelompok membentuk budaya. Karena aspek sosial telah melekat pada diri individu, maka perlu dikembangkan dalam perjalanan hidup peserta didik  agar menjadi matang. Di samping tugas pendidikan mengembangkan aspek sosial, aspek itu sendiri sangat berperan dalam membantu anak dalam mengembangkan dirinya. Maka segi sosial ini perlu diperhatikan dalam proses pendidikan.

D. PERUBAHAN SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT
       Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan sosial budaya terjadi karena beberapa faktor, baik internal maupun eksternal. Faktor internal, antara lain: komunikasi; cara dan pola pikir masyarakat; perubahan jumlah penduduk; penemuan baru; terjadinya konflik atau revolusi; dan faktor eksternal seperti bencana alam dan perubahan iklim, peperangan, dan pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Ada pula beberapa faktor yang menghambat terjadinya perubahan, misalnya kurang intensifnya hubungan komunikasi dengan masyarakat lain; perkembangan IPTEK yang lambat; sifat masyarakat yang sangat tradisional; ada kepentingan-kepentingan yang tertanam dengan kuat dalam masyarakat; prasangka negatif terhadap hal-hal yang baru; rasa takut jika terjadi kegoyahan pada masyarakat bila terjadi perubahan; hambatan ideologis; dan pengaruh adat atau kebiasaan.

E. LANDASAN SOSIAL BUDAYA  DALAM PENDIDIKAN
Aspek sosial dalam pendidikan sangat berperan pada pendidikan begitu pun dengan aspek budaya dalam pendidikan. Malah dapat dikatakan tidak ada pendidikan yang tidak dimasuki unsur budaya. Materi yang dipelajari anak-anak adalah budaya, cara belajar mereka adalah budaya, begitu pula kegiatan-kegiatan mereka dan bentuk-bentuk yang dikerjakan juga budaya. Berikut akan dibahas mengenai sosial dan budaya pada pendidikan, sebagai berikut :
1.    Sosiologi dan Pendidikan
  1. Definisi sosiologi pendidikan
Beberapa defenisi sosiologi pendidikan menurut beberapa ahli:
1. Menurut F.G. Robbins, sosiologi pendidikan adalah sosiologi khusus yang tugasnya menyelidiki struktur dan dinamika proses pendidikan. Struktur mengandung pengertian teori dan filsafat pendidikan, sistem kebudayaan, struktur kepribadian dan hubungan kesemuanya dengan tata sosial masyarakat. Sedangkan dinamika yakni proses sosial dan kultural, proses perkembangan kepribadian, dan hubungan kesemuanya dengan proses pendidikan.
2.  Menurut H.P. Fairchild dalam bukunya ”Dictionary of Sociology” dikatakan bahwa sosiologi pendidikan adalah sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan yang fundamental. Jadi ia tergolong applied sociology.
3. Menurut Prof. DR S. Nasution,M.A., Sosiologi Pendidikan dalah ilmu yang berusaha untuk mengetahui cara-cara mengendalikan proses pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih baik.
4. Menurut F.G Robbins dan Brown, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu yang membicarakan dan menjelaskan hubungan-hubungan sosial yang mempengaruhi individu untuk mendapatkan serta mengorganisasi pengalaman. Sosiologi pendidikan mempelajari kelakuan sosial serta prinsip-prinsip untuk mengontrolnya.
5. Menurut E.G Payne, Sosiologi Pendidikan ialah studi yang komprehensif tentang segala aspek pendidikan dari segi ilmu sosiologi yang diterapkan.
6. Menurut Drs. Ary H. Gunawan, Sosiologi Pendidikan ialah ilmu pengetahuan yang berusaha memecahkan masalah-masalah pendidikan dengan analisis atau pendekatan sosiologis.
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa sosiologi pendidikan adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek pendidikan, baik itu struktur, dinamika, masalah-masalah pendidikan, ataupun aspek-aspek lainnya secara mendalam melalui analisis atau pendekatan sosiologis.
b. Tujuan Sosiologi pendidikan
1. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis proses sosialisasi anak, baik dalam keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Dalam hal ini harus diperhatiakan pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak. Misalnya, anak yang terdidik dengan baik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa/tua akan cendrung menjadi manusia yang religius pula. Anak yang terdidik dalam keluarga intelektual akan cendrung memilih/mengutamakan jalur intlektual pula, dan sebagainya.
2. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis perkembangan dan kemajuan sosial. Banyak orang/pakar yang beranggapan bahwa pendidikan memberikan kemungkinan yang besar bagi kemajuan masyarakat, karena dengan memiliki ijazah yang semakin tinggi akan lebih mampu menduduki jabatan yang lebih tinggi pula (serta penghasilan yang lebih banyak pula, guna menambah kesejahteraan sosial). Disamping itu dengan pengetahuan dan keterampilan yang banyak dapat mengembangkan aktivitas serta kreativitas sosial.
3. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis status pendidikan dalam masyarakat. Berdirinya suatu lembaga pendidikan dalam masyarakat sering disesuaikan dengan tingkatan daerah di mana lembaga pendidikan itu berada. Misalnya, perguruan tinggi bisa didirikan di tingkat propinsi atau minimal kabupaten yang cukup animo mahasiswanya serta tersedianya dosen yang bonafid.
4. Sosiologi pendidikan bertujuan menganalisis partisipasi orang-orang terdidik/berpendidikan dalam kegiatan sosial. Peranan/aktivitas warga yang berpendidikan / intelektual sering menjadi ukuan tentang maju dan berkembang kehidupan masyarakat. Sebaiknya warga yang berpendidikan tidak segan- segan berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial, terutama dalam memajukan kepentingan / kebutuhan masyarakat. Ia harus menjadi motor penggerak dari peningkatan taraf hidup sosial.
5. Sosiologi pendidikan bertujuan membantu menentukan tujuan pendidikan. Sejumlah pakar berpendapat bahwa tujuan pendidikan nasional harus bertolak dan dapat dipulangkan kepada filsafat hidup bangsa tersebut. Seperti di Indonesia, Pancasila sebagai filsafat hidup dan kepribadian bangsa Indonesia harus menjadi dasar untuk menentukan tujuan pendidikan Nasional serta tujuan pendidikan lainnya. Dinamika tujuan pendidikan nasional terletak pada keterkaitanya dengan GBHN, yang tiap 5 (lima) tahun sekali ditetapkan dalam Sidang Umum MPR, dan disesuaikan dengan era pembangunan yang ditempuh, serta kebutuhan masyarakat dan kebutuhan manusia.
6. Menurut E. G Payne, sosiologi pendidikan bertujuan utama memberi kepada guru- guru (termasuk para peneliti dan siapa pun yang terkait dalam bidang pendidikan) latihan – latihan yang efektif dalam bidang sosiologi sehingga dapat memberikan sumbangannya secara cepat dan tepat kepada masalah pendidikan. Menurut pendapatnya, sosiologi pendidikan tidak hanya berkenaan dengan proses belajar dan sosialisasi yang terkait dengan sosiologi saja, tetapi juga segala sesuatu dalam bidang pendidikan yang dapat dianalis sosiologi. Seperti sosiologi yang digunakan untuk meningkatkan teknik mengajar yaitu metode sosiodrama, bermain peranan (role playing) dan sebagainya.dengan demikian sosiologi pendidikan bermanfaat besar bagi para pendidik, selain berharga untuk mengalisis pendidikan, juga bermanfaat untuk memahami hubungan antara manusia di sekolah serta struktur masyarakat. Sosiologi pendidikan tidak hanya mempelajari masalah – masalah sosial dalam pendidikan saja, melainkan juga hal – hal pokok lain, seperti tujuan pendidikan, bahan kurikulum, strategi belajar, sarana belajar, dan sebagainya. Sosiologi pendidikan ialah analisis ilmiah atas proses sosial dan pola- pola sosial yang terdapat dalam sistem pendidikan.
Tujuan sosiologi pendidikan pada dasarnya untuk mempercepat dan meningkatkan pencapaian tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu, sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri. Secara universal tujuan dan fungsi pendidikan itu adalah memanusiakan manusia oleh manusia yang telah memanusia. Itulah sebabnya sistem pendidikan nasional menurut UUSPN No. 2 Tahun 1989 pasal 3 adalah “ untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujaun nasional”. Menurut fungsi tersebut jelas sekali bahwa pendidikan diselenggarakan adalan:
1.   untuk mengembangkan kemampuan manusia Indonesia,
2.   meningkatkan mutu kehidupan manusia Indonesiam
3.   meningkatkan martabat manusia Indonesia,
4.  mewujudkan tujuan nasional melalui manusia-manusia Indonesia. Oleh karena itu pendidikan diselenggarakan untuk manusia Indonesia sehingga manusia Indonesia tersebut memiliki kemampuan mengembangkan diri, meningkatkan mutu kehidupan, meninggikan martabat dalam rangka mencapai tujuan nasional.
c. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi  pendidikan meliputi empat bidang :
1.     Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain.
2.     Hubungan kemanusiaan.
3.     Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya.
4.    Sekolah dalam komunitas,yang mempelajari pola interaksi antara sekolah dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya.
d. Sosiologi pendidikan meliputi
1) interaksi guru-siswa
 2) dinamika kelompok di kelas dan di organisasi intra sekolah
 3) struktur dan fungsi sistem pendidikan dan
 4) sistem masyarakat dan pengaruhnya terhadap pendidikan. Wujud dari sosiologi pendidikan  
     adalah tentang konsep proses sosial.
e. Proses sosial dimulai dari interaksi sosial yang didasari oleh faktor-faktor berikut :
1. Imitasi atau peniruan
2. Sugesti, yang akan terjadi apabila jika seorang anak menerima atau tertarik pada pandangan atau sikap orang lain yang berwibawa atau berwenang atau mayoritas.
3. Identifikasi, yang berusaha menyamakan dirinya denga orang lain secara sadar ataupun di bawah sadar.
4. Simpati, yang akan terjadi manakala seseorang merasa tertarik kepada orang lain.
2. Kebudayaan dan Pendidikan
Kebudayaan menurut Taylor adalah totalitas yang kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh orang sebagai anggota masyarakat (Imran Manan, 1989)
Hassan (1983) misalnya mengatakan kebudayaan berisikan : (1) norma-norma, (2) folkways yang mencakup kebiasaan, adat, dan tradisi, dan (3) mores. Sementara itu Imran Manan (1989) menunjukkan lima komponen kebudayaan sebagai berikut :
(1)        Gagasan
(2)        Ideologi
(3)        Norma
(4)        Teknologi
(5)        Benda
Agar menjadi lengkap, perlu ditambah beberapa komponen lagi yaitu :
(1) Kesenian
 (2) Ilmu dan
 (3) Kepandaian.
Kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu : (1) Kebudayaan umum, misalnya kebudayaan Indonesia, (2) Kebudayaan daerah, misalnya kebudayaan Jawa, Bali, Sunda, Nusa Tenggara Timur dan sebagainya dan (3) Kebudayaan popular, yaitu  suatu  kebudayaan yang masa berlakunya rata-rata lebih pendek daripada kedua macam kebudayaan terdahulu.
Fungsi kebudayaan dalam kehidupan manusia adalah :
 (a) Penerus keturunan dan pengasuh anak
 (b) Pengembangan kehidupan berekonomi
 (c) Transmisi budaya
 (d) Meningkatkan iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha esa
 (e) Pengendalian social
 (f) Rekreasi.
 Perubahan kebudayaan disebabkan oleh :
(a) Originasi atau penemua-penemua baru
 (b) Difusi atau percampuran budaya baru dengan budaya lama
 (c) Reinterpretasi atau modifikasi kebudayaan agar sesuai dengan keadaan zaman.

F. MASYARAKAT INDONESIA DAN PENDIDIKAN
1. Masyarakat dan Sekolah
Sekolah tidak dapat dipisahkan dari masyarakat, hal ini jelas karena :
Ø        Sekolah milik masyarakat
Ø        Sekolah sebagai mercu penerang dan pusat kebudayaan
Ø        Sekolah bermanfaat bagi kemajuan budaya masyarakat, khususnya pendidikan anak-anak
Ø        Masyarakat memberi dukungan kepada sejumlah sekolah

Ø        Perlu ada badan kerjasama antara sekolah dengan masyarakat dalam menyukseskan
       pendidikan.
  1. Masyarakat Indonesia dan Pendidikan
Sebagian besar masyarakat Indonesia sekarang sudah sadar akan pentingnya pendidikan untuk meningkatkan hidup dan kehidupan, asumsi mereka adalah makin tinggi ijazah yang dapat diraih makin cepat dapat pekerjaan serta makin besar gaji yang diterima.
Tidak banyak yang menyadari (bahkan oleh pendidik sekalipun) bahwa kebudayaan termasuk pendidikan di masyarakat, adalah sarana/wadah yang penting dalam  proses pembelajaran untuk mengembangkan anak secara wajar , akibatnya perlu dilakukannya sejumlah pembenahan, antara lain :
a.    Kerjasama orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam memperbaiki pendidikan perlu ditingkatkan.
b.    Pendidikan nonformal dan  pendidikan informal, harus ditangani secara serius, paling sedikit sama intensitasnya dengan penanganan pendidikan jalur formal.
c.    Kebudayaan, terutama tayangan televisi, yang paling banyak pengaruhnya terhadap perkembangan anak dan remaja, perlu ditangani dengan baik agar tidak berdampak negatif.
d.         Kebudayaan-kebudayaan negatif yang lain perlu dihilangkan dengan berbagai cara.
Selanjutnya untuk membuat anak menjadi mandiri dan berkompetensi, yang sebetulnya juga merupakan cita-cita pendidikan yang telah digariskan, merupakan persoalan metodologi belajar dan mengajar. Bila dalam belajar mereka sering atau selalu dihadapkan pada masalah yang nyata terjadi di masyarakat dan diberi kesempatan untuk memecahkannya, tentu tujuan itu lama-lama akan tercapai. Untuk itu, dalam  masa transisi ini kalau pendidikan akan direorganisasi, perlu :
a.    Memasukkan materi pelajaran yang diambil dari keadaan nyata di masyarakat atau keluarga.
b.   Metode belajar yang mengaktifkan siswa baik individual maupun kelompok.
c.   Beberapa kali mengadakan survei di masyarakat tentang berbagai kebudayaan.
d.  Ikut memecahkan masalah masyarakat dan keluarga.
e.  Memberi kesempatan berinovasi atau kreatif menciptakan sesuatu yang


 
DAFTAR PUSTAKA
http://landasan kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/Makalah Landasan Sosial Budaya Pendidikan_Defauzan’s Blog.htm
http://landasan kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN_RahMaWaTi iNDaH LesTaRi.htm
http://landasan kependidikan dan prob/landasan social budaya pend/LANDASAN SOSIAL BUDAYA PENDIDIKAN_Dina Octaria.htm
http://nyimasindakusumawati.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar