Landasan Kependidikan dan Problematika Pendidikan
Dampak ujian Nasional Terhadap Psikologi Siswa
I.
PENDAHULUAN
Untuk
menjamin mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah dan Departemen Pendidikan
telah menetapkan keputusan yang di tuangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003
tentang diadakannya Ujian Nasional bagi siswa menjelang tingkat akhir setiap
jenjang pendidikan yang dilaluinya. Dalam Pasal 58 ayat 1 berbunyi “evaluasi
hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses,
kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”.
Pemerintah
dan Departemen Pendidikan secara resmi telah mencanangkan bahwa Ujian Nasional
akan dilaksanakan menjelang tingkat akhir setiap jenjang pendidikan. Dengan
adanya keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, karena
ujian nasional sebagai pemicu semangat
belajar bangsa Indonesia yang akan berjuang pada peningkatan mutu
pendidikan.
Setiap
menjelang Ujian Nasional (UN) sebagian besar siswa SD, SMP, SMA sibuk
mempersiapkan diri menghadapi Ujian
Nasional. Siswa-siswi terkadang
mengalami rasa cemas karena mereka akan menghadapi bermacam-macam ujian, mulai
dari ujian tertulis, ujian praktek, sampai ujian nasional yang paling membuat
mereka cemas. Kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa takut dan terlalu
memikirkan hasil ujiannya kelak padahal mereka belum berusaha.
Kecemasan
dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran sesorang menjadi
niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk. Terkadang seseorang dapat
merasa pesimis karena kecemasan. Kegagalan yang paling mereka pikirkan.
Terkadang
juga seseorang yang sesungguhnya mempunyai otak yang cerdas dan kenyataan ini
telah dibuktikan dengan nilai-nilai Ujian Sekolah yang dicapainya dalam
pelajaran. Tetapi, saat ia mengikuti Ujian Nasional ternyata ia mengalami
kegagalan. Penyebabnya ialah goncangan mental yang dialaminya. Inilah bukti
bahwa kecemasan dapat menghancurkan nilai-nilai pelajaran bagi siswa. Sehingga,
kecemasan ini harus diatasi agar tidak berpengaruh buruk.
Tak
jarang juga, Ujian Nasional yang semakin dekat membuat para siswa mengalami
depresi. Depresi yang dialami siswa bermacam-macam, mulai dari depresi tingkat
rendah, sedang, hingga depresi tingkat tinggi. Apalagi standar kelulusan setiap
tahun selalu ditambah. maka dari itu tingkat ketakutan atau depresi siswa
semakin tinggi, karena ketakutan mereka akan tidak berhasilnya dalam mengikuti
Ujian Nasional.
Dalam
keadaan depresi manusia cenderung melakukan hal-hal yang negatif. Pikiran yang
kacau dan perasaan takut yang juga dapat menjadi salah satu pemicu penyebab
depresi. Siswa yang mengalami depresi kebanyakan disebabkan oleh rasa takut
tidak lulus dalam Ujian Nasional. Sebab, jika mereka tidak lulus, mereka akan
malu bersosialisasi dengan teman-temannya yang lulus, gengsi dan takut dimarahi
orang tua. Pengaruh orang tua sangat menentukan dibandingkan faktor yang lain
seperti gengsi. Biasanya, orang tua akan marah jika mendengar anaknya tidak
lulus. Inilah yang menyebabkan anak menjadi semakin stres dan akhirnya memilih
jalan pintas. Maka hal ini akan berpengaruh terhadap psikologi mereka.
Berdasarkan
pernyataan diatas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang “Dampak
Ujian Nasional Terhadap Psikologi Siswa dan bagaimana cara mengatasinya”.
II.
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
ujian nasional
- Ujian Nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara nasional. UAN merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di sekolah ( Vanny, 2012).
- Ujian Nasional, dapat diartikan sebagai hasil menguji mutu suatu kepandaian untuk memperoleh hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan yang bersifat nasional.
- Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan ( al- Hafizh, 2013).
- Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Astuti, 2012 ).
Dari
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ujian nasional adalah kegiatan yang
dilakukan pada setiap akhir tingkat pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa
dan sebagai penentu mutu pendidikan serta persamaan mutu tingkat pendidikan
antar daerah yang dilakukan oleh pusat penilaian pendidikan.
2. Tujuan Diadakan Ujian Nasional
(UN)
Tujuan
diadakan Ujian Nasional (UN) Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 153/U/2003 Tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 bahwa
tujuan dan fungsi ujian nasional seperti yang tercantum dalam SK Mendiknas
153/U/2003 yaitu:
Tujuan
Ujian Nasional (Pasal 2):
1.
Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
2.
Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan
sekolah/madrasah.
3. Mempertanggungjawabkan
penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota,
sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat.
Mengacu
pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 tahun 2008 tanggal 5
Desember 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah
(SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009 tujuan Ujian Nasional (UN) adalah untuk
menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran
tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.
3.
Pengertian
psikologi
Ada
banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi,
diantaranya:
- Pengertian psikologi menurut Dalyono (2010), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan.
- Pengertian psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
- Pengertian psikologi menurut Djamarah (2008), psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, pikiran dan tingkah laku.
- Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
Dari beberapa definisi tersebut diatas
dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang
mempelajari kehidupan mental, pikiran dan tingkah laku manusia, baik sebagai
individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut
berupa tingkah laku terbuka dan tertutup, Tingkah laku terbuka adalah tingkah
laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk ,
berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi
berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
4.
Pengertian
Siswa
Siswa
adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam
proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau
dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan
psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.
1.
Pendekatan sosial, siswa adalah anggota
masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi
anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada
dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih
luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya
dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan
bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam
lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi
dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan
sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan
secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2.
Pendekatan Psikologis, siswa adalah
suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai
potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, social-emosional-personal,
dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses
pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara
menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan
kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam
struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat
keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang
saling berhubungan satu dengan lainnya.
3.
Pendekatan edukatif/paedagogis,
pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki
hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Pengertian
Siswa Menurut Wikipedia Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan
baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan
jenis pendidikan tertentu.
Dari
pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah salah satu dari komponen
pendidikan yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, agar menjadi manusia yang dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga
maupun masyarakat.
5.
faktor-faktor
yang mempengaruhi perkembangan psikologi anak
Bertitik
tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam
arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus
menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik,dalam arti
menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya
terdapat kesepakatan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang
tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu
. Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai
faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal ( Ummah, 2012 ). Termasuk
pada faktor internal adalah :
1.
Kecakapan dan keterampilan seorang anak.
Seorang
anak yang cakap dan terampil akan lebih mudah dalam mengembangkan
potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya: seorang anak yang pandai
bergaul, akan lebih mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
2.
Harga diri.
Seorang
anak yang dapat menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak akan mengalami
kesulitan dalam menghadapi berbagai hal yang dihadapinya.
3.
Persepsi seseorang anak mengenai diri sendiri.
Pandangan
seorang anak terhadap dirinya dapat mempengaruhi dalam perkembangan konatifnya.
Seorang anak yang memandang dirinya buruk akan lebih sulit dalam mengembangkan
potensi dalam dirinya. Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan
merasa malu untuk menunjukkan kemampuannya.
4.
Keinginan.
Anak
yang memiliki keinginan dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih
keinginannya.
Sedangkan
faktor eksternal mempengaruhi
motivasi seseorang, antara lain ialah :
1.
Adanya orang terdekat yang dapat dipercaya.
Dengan
adanya orang-orang yang mempunyai hubungan erat/dekat dan orang tersebut dapat
memberikan kepercayaa sehingga melalui orang-orang terdekatnya itu perkembangan
konatif anak dapat meningkat karena adanya dorongan dari orang-orang yang
tersayang. Contohnya: sahabat, orang tua, kakak, dan adik.
2.
Cara orang tua mendidik dan membina anak.
Orang
tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan
mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki
kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan
potensi-potensi yang dimilikinya. Contohnya: orang tua mengajarkan tentang
kepercayaan diri kepada seorang anak disertai dengan memberikan dorongan kepada
anak.
3.
Jenis dan sifat pergaulan.
Pergaulan
seorang anak dalam lingkungannya akan berpengaruh terhadap motivasi yang dimunculkan
dalam dirinya.
4.
Kelompok bermain dimana seseorang anak bergabung.
Kelompok
bermain yang diikuti oleh seorang anak berpengaruh dalam pengembangan potensi
seorang anak.
6.
Dampak
ujian nasional bagi siswa
Ujian
nasional dapat memberikan dampak yang baik maupun dampak yang buruk pada
psikologi siswa, yang menjadi masalah adalah dampak negatifnya. Salah satunya
adalah dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan.
Sedangkan
menurut Syahril dalam Sonariah (2009)
“UN merupakan momok yang telah membuat tingginya tingkat stres”. Dari
pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, tingginya tingkat stres merupakan
bagian dari tekanan fisik dan mental yang sangat luar biasa yang dialami secara
merata oleh semua orang yang menempuh pendidikan.
Menurut
wibowo (2012) Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan
dalam menghadapi ujian nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan
gejala sosial. Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan
pernafasan (nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringat, gemetar, kepala
pusing, mual, lemah, ngeri, sering buang air besar dan kencing, nafsu makan
menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis
meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya diri, kurang tenaga/tidak
berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan
jiwa, ketakutan , kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak,
berdosa, terancam, dan
kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari
kunci jawaban, menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya
belum pernah mengajarkan materi yang diujikan.
Kecemasan
merupakan kondisi psikologis dan bagian
dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini.
Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan
merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik. Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki
manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran,
kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan.
Menurut
Freud (Schultz & Schultz, 2005) dalam Herdi dan komalasari (2011) kecemasan
adalah komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian
seorang individu.
Spielberger
et al. (1977) menganggap kecemasan sebagai salah satu faktor penghambat dalam
belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti
kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan
masalah.
Jadi
dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi
psikologis dari kehidupan manusia. Kecemasan merupakan salah satu factor
penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif
seseorang, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan
konsep dan pemecahan masalah.
Kondisi
psikologis dalam bentuk kecemasan akan terus meningkat seiring dengan pesatnya
kemajuan peradaban material serta jauhnya manusia dari pemahaman dan pengamalan
ajaran-ajaran Allah swt.
Sedangkan
factor lain yang mengganggu psikologi siswa yaitu stress saat menghadapi ujian.
Menurut Ansori (2011) definisi stress bagi setiap orang berbeda, namun secara
umum stress didefinisikan sebagai pola respon yang ditimbulkan seseorang karena
peristiwa atau hal yang mengganggu keseimbangan psikologisnya (Duffy &
Atwater, 1990).
Selama
ini, stress dianggap selalu memberikan efek negatif terhadap individu- nya
namun ternyata ada juga stress yang membawa efek positif bagi individu. Stress
yang menimbulkan efek negatif bagi individu disebut distress, yang selalu
dialami oleh siswa ketika menghadapi ujian.
Sedangkan
stress yang justru bermanfaat untuk individu adalah eustress. Eustress sangat
bermanfaat bagi pengembangan diri kita karena ia membuat kita menjadi lebih
fokus dan waspada, mempersiapkan diri lebih baik, serta sadar pada hal-hal yang
masih kurang. Eustresslah yang memicu semangat kita dalam melakukan sesuatu
secara baik dan benar (Lubis, 2007). Dalam menghadapi ujian, tipe stress inilah
yang lebih dapat berperan penting dalam mempersiapkan kondisi psikologis siswa.
Menurut
kartika (2011) Ujian Nasional juga memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi
positif dari ujian nasional salah satunya adalah cara belajar. Dengan adanya
ujian nasional ini, siswa akan semangat untuk belajar. Siswa akan mulai
bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang
lebih tinggi. Sedangkan sisi negatif dari ujian nasional adalah : Siswa harus
menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar dan siswa kehilangan waktu untuk bermain.
Sedangkan
menurut Wibowo (2012) Siswa yang dinamika psikisnya baik, tidak mengalami
kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, dimungkinkan karena :
- sudah menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan;
- penuh percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan, serta siap menghadapi kenyataan.
- sugesti diri yang positif akan keberhasilan dalam menghadapi Ujian Nasional.
- memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.
- menganggap bahwa ujian adalah merupakan hal yang biasa dan harus dilalui dalam proses pembelajaran.
- menganggap bahwa lulus atau gagal adalah merupakan yang wajar dalam menghadapi Ujian Nasional.
- ingin membuktikan kemampuan yang dimiliki apa sudah bisa mencapai standar kompetensi lulusan secara nasional yang ditetapkan dalam Ujian Nasional.
Sedangkan
siswa yang dinamika psikisnya tidak baik
akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian
Nasional,dimungkinkan karena:
- tidak menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan.
- tidak percaya diri,dan tidak siap dan biasa menghadapi kenyataan.
- tidak memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.
- menganggap bahwa ujian (Ujian Nasional) adalah merupakan hal yang menakutkan.
- menganggap Ujian Nasional harus lulus dan jika tidak lulus adalah tabu karena disekolah setiap ujian pasti lulus.
- pembelajaran disekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali dirinya dalam menghadapi Ujian Nasional.
- proses pembelajaran di sekolah tidak menerapkan sistem evaluasi/ujian yang obyektif, berkeadilan,dan akuntabel.
8. hasil Ujian Nasional akan menentukan
kelulusan pada akhir masa studi.
Berdasarkan
hasil penelitian Djemari Mardapi dan Badrun Kartowagiranonal
(2009), ujian nasional memiliki dampak
positif terhadap siswa antara lain: 81%
siswa dari sekolah kategori tinggi dan 65% siswa dari sekolah kategori rendah
menambah jam belajar. Sebagian besar dari mereka menambah jam belajar sekitar
10 jam/minggu dengan cara mengikuti les di sekolah dan guru berpendapat bahwa
dengan danya UN siswa termotivasi untuk belajar.
Sedangkan
dampak negatif dari UN pada siswa, ada 41% siswa SMP kategori
rendah dan 41% siswa SMP kategori tinggi merasa adanya kelelahan fisik.
Sementara itu, 47% guru dari SMP kategori tinggi dan 66% guru SMP kategori
rendah mengatakan bahwa UN menimbulkan kelelahan fisik siswa. Selain itu, 34%
guru SMP kategori tinggi dan 53% guru SMP rendah mengatakan bahwa UN
menimbulkan stress pada siswa.
Berdasarkan
hasil penelitian dan pendapat di atas menunjukkan bahwah ujian nasional
memiliki dampak positif dan dampak negative bagi siswa, dari hasil penelitian
diatas menunjukkan bahwa lebih besar dampak positifnya dari pada dampak
negatifnya. Adapun dampak positifnya
adalah :
- siswa akan semangat untuk belajar.
- Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi.
Sedangkan
dampak
negatif dari ujian nasional adalah :
1.
Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan
belajar.
2.
Sisi negatifnya yang lainnya adalah, siswa kehilangan waktu untuk bermain.
7. Cara mengatasi rasa cemas atau
dampak negatif bagi siswa dalam menghadapi Ujian
Nasional.
Cara
mengatasi kecemasan pada siswa, dalam menghadapi ujian nasional yaitu dengan
pendekatan social, pendekatan psikologi dan pendekatan edukatif.
- Pendekatan social ( peran orang tua )
Menurut
ansori (2011), untuk membantu anak-anak mengelola kondisi psikologisnya ketika
akan menghadapi ujian, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
- Tidak berlebihan menekan anak saat belajar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian. Ini yang disebut dengan meniadakan stressor.
- Mengajak anak berpikir: “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini mungkin, tapi sulit.”
- Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang penting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang tiba – tiba saat berada di ruang ujian.
- Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan.
- Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin tenang ketika mendekati masa-masa ujian.Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantunkan doa sebelum belajar bersama dengan anak.
- Pendekatan psikologi
Menurut
Wibowo (2012) ada sepuluh jurus kesiapan menghadapi ujian nasional, agar tidak
cemas, takut dan stress yaitu :
1. Penguasaan Materi Pembelajaran
2. Meningkatkan
Rasa Percaya Diri
3. Meningkatkan Konsentrasi Belajar
4. Mengembangkan
Disiplin Diri Dalam Belajar
5. Hidup
Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional
6. Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan
Efisien
7. Meningkatkan
Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional
8. Ketekunan
Dalam Belajar
9. Motivasi
Diri untuk Berhasil Ujian Nasional
10. Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional
- Pendekatan edukatif
Menurut
Yudhawati dan Haryanto (2011), cara untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
siswa yaitu :
1. Mencipkan
suasana pembelajaran yang menyenangkan
2. Selama
kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyannya dapat mengembangkan “sense
of humor” dirinya maupun para siswanya.
3. Melakukan
kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu,
terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
4. Sewaktu-waktu
ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga
dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik
dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).
6. Menggunakan
pendekatan humanistic dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan
pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik
dengan guru maupun dengan sesame siswa.
7. Guru
seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan
hadir sebagai sosoknyang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat
diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
8. Mengembangkan
system penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk melakukan penilaian diri ( self assessment ) atas tugas dan pekerjaan
yang telah dilakukannya.
9. Pengembangan
manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang
dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa
10. Mengoptimalkan
pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
Dari
keempat pendapat diatas, dapat disimpulakn bahwa banyak cara yang dapat
digunakan untuk mencegah dan menghilangkan kecemasan, ketakutan dan steres yang
menyebabkan psikologi siswa jadi terganggu yaitu dengan tiga pendekatan. Adapun
tiga pendekatan itu yaitu pendekatan social ( Peran orang tua ), pendekatan
psikologi ( dalam diri siswa sendiri ), dan pendekatan edukatif ( peran sekolah
).
III.
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Ujian
nasional adalah kegiatan yang dilakukan
pada setiap akhir tingkat pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dan sebagai
penentu mutu pendidikan serta persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah
yang dilakukan oleh pusat penilaian pendidikan.
Ujian
nasional mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi psikologi siswa,
adapun dampak positif dan dampak negatifnya yaitu :
a.
Dampak positif dari ujian nasional bagi siswa
1. Siswa
akan semangat untuk belajar.
2. Siswa
akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian
nasional yang lebih tinggi.
b. Dampak
negatif dari ujian nasional bagi siswa
1. Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra
untuk mengikuti les atau bimbingan belajar.
2. Sisi negatifnya yang lainnya adalah,
siswa kehilangan waktu untuk bermain.
Dampak
negative dari ujian nasional harus segera diatasi karena dapat mengganggu siswa
dalam mencapai prestasi belajar dan kehatan fisik atau mental siswa, maka perlu
adanya upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa yaitu
:
- Pendekatan social ( peran orang tua )
Menurut
ansori (2011), untuk membantu anak-anak mengelola kondisi psikologisnya ketika
akan menghadapi ujian, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
- Tidak berlebihan menekan anak saat belajar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian. Ini yang disebut dengan meniadakan stressor.
- Mengajak anak berpikir: “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini mungkin, tapi sulit.”
- Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang penting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang tiba – tiba saat berada di ruang ujian.
- Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan.
- Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin tenang ketika mendekati masa-masa ujian.Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantunkan doa sebelum belajar bersama dengan anak.
- Pendekatan psikologi
Menurut
Wibowo (2012) ada sepuluh jurus kesiapan menghadapi ujian nasional, agar tidak
cemas, takut dan stress yaitu :
- Penguasaan Materi Pembelajaran
- Meningkatkan Rasa Percaya Diri
- Meningkatkan Konsentrasi Belajar
- Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar
- Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional
- Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien
- Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional
- Ketekunan Dalam Belajar
- Motivasi Diri untuk Berhasil Ujian Nasional
- Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional
3. Pendekatan edukatif
Menurut
Yudhawati dan Haryanto (2011), cara untuk mencegah dan mengurangi kecemasan
siswa yaitu :
- Mencipkan suasana pembelajaran yang menyenangkan
- Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyannya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.
- Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
- Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
- Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).
- Menggunakan pendekatan humanistic dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.
- Guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosoknyang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
- Mengembangkan system penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri ( self assessment ) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
- Pengembangan manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa
- Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
B. SARAN
- Hendaknya siswa dapat mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menghadapi ujian nasional, agar mendapat hasil seperti yang diharapkan
- Hendaknya orang tua dapat memotivasi anaknya, supaya rajin belajar dan menciptakan kondisi yang senyaman-nyamannya di rumah.
- Hendaknya guru dan sekolah dapat mencipkan suasana yang aman, damai dan pembelajaran yang kondusif supaya siswa dapat mencapai tujuan akhir seperti yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Batara, Panji.
2011. Solusi cerdas mengatasi cemas.
Jakarta: ST book.
Djamarah,
Syaiful Bahri. 2008. Psikologi belajar.
Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono. 2010. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka
Cipta
Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Kartika, M.
2011. Landasan kependidikan dan problematika pendidikan. Dampak positif dan
negatif adanya ujian nasional.
Mardapi, D, dan Kartowagiran, B. 2009. Dampak ujian
nasional. Laporan
penelitian.Yogyakarta:
Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Muhibbinsyah.
2001. Psikologi Pendidikan dengan
Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Yudhawati dan
Haryanto. 2011. Teori-teori dasar
psikologi pendidikan. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Yuwono, Susatyo.
2013. National examination and playing time of children. Laporan
penelitian. Surakarta
: Fakultas
Psikologi Universitas Muhammadiyah
http://vanny03august.blogspot.com/2012/03/pengertian-ujian-nasional.html
http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-ujian-akhir-nasional.html
http://melly-mellypujiastuti.blogspot.com/2012/02/pengertian-ujian-nasional.html
http://rohmatulummah19.blogspot.com/p/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html
Izin copy paste beberapa tulisan untuk tugas ya :)
BalasHapusIyaa :)
Hapus