Minggu, 20 Oktober 2013

dampak ujian nasional terhadap psikologi siswa



Landasan Kependidikan dan Problematika Pendidikan
Dampak ujian Nasional Terhadap Psikologi Siswa


I.         PENDAHULUAN
Untuk menjamin mutu pendidikan di Indonesia, pemerintah dan Departemen Pendidikan telah menetapkan keputusan yang di tuangkan dalam UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang diadakannya Ujian Nasional bagi siswa menjelang tingkat akhir setiap jenjang pendidikan yang dilaluinya. Dalam Pasal 58 ayat 1 berbunyi “evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan”.
Pemerintah dan Departemen Pendidikan secara resmi telah mencanangkan bahwa Ujian Nasional akan dilaksanakan menjelang tingkat akhir setiap jenjang pendidikan. Dengan adanya keputusan ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan, karena ujian nasional sebagai pemicu semangat  belajar bangsa Indonesia yang akan berjuang pada peningkatan mutu pendidikan.
Setiap menjelang Ujian Nasional (UN) sebagian besar siswa SD, SMP, SMA sibuk mempersiapkan diri  menghadapi Ujian Nasional. Siswa-siswi  terkadang mengalami rasa cemas karena mereka akan menghadapi bermacam-macam ujian, mulai dari ujian tertulis, ujian praktek, sampai ujian nasional yang paling membuat mereka cemas. Kecemasan tersebut timbul, karena mereka merasa takut dan terlalu memikirkan hasil ujiannya kelak padahal mereka belum berusaha.
Kecemasan dapat memecah belah pemikiran seseorang, membagi dua pikiran sesorang menjadi niat yang baik dan pemikiran-pemikiran yang buruk. Terkadang seseorang dapat merasa pesimis karena kecemasan. Kegagalan yang paling mereka pikirkan.
Terkadang juga seseorang yang sesungguhnya mempunyai otak yang cerdas dan kenyataan ini telah dibuktikan dengan nilai-nilai Ujian Sekolah yang dicapainya dalam pelajaran. Tetapi, saat ia mengikuti Ujian Nasional ternyata ia mengalami kegagalan. Penyebabnya ialah goncangan mental yang dialaminya. Inilah bukti bahwa kecemasan dapat menghancurkan nilai-nilai pelajaran bagi siswa. Sehingga, kecemasan ini harus diatasi agar tidak berpengaruh buruk.
Tak jarang juga, Ujian Nasional yang semakin dekat membuat para siswa mengalami depresi. Depresi yang dialami siswa bermacam-macam, mulai dari depresi tingkat rendah, sedang, hingga depresi tingkat tinggi. Apalagi standar kelulusan setiap tahun selalu ditambah. maka dari itu tingkat ketakutan atau depresi siswa semakin tinggi, karena ketakutan mereka akan tidak berhasilnya dalam mengikuti Ujian Nasional.
Dalam keadaan depresi manusia cenderung melakukan hal-hal yang negatif. Pikiran yang kacau dan perasaan takut yang juga dapat menjadi salah satu pemicu penyebab depresi. Siswa yang mengalami depresi kebanyakan disebabkan oleh rasa takut tidak lulus dalam Ujian Nasional. Sebab, jika mereka tidak lulus, mereka akan malu bersosialisasi dengan teman-temannya yang lulus, gengsi dan takut dimarahi orang tua. Pengaruh orang tua sangat menentukan dibandingkan faktor yang lain seperti gengsi. Biasanya, orang tua akan marah jika mendengar anaknya tidak lulus. Inilah yang menyebabkan anak menjadi semakin stres dan akhirnya memilih jalan pintas. Maka hal ini akan berpengaruh terhadap psikologi mereka.
Berdasarkan pernyataan diatas maka penulis ingin mengetahui lebih jauh lagi tentang “Dampak Ujian Nasional Terhadap Psikologi Siswa dan bagaimana cara mengatasinya”.
II.      PEMBAHASAN
1.        Pengertian ujian nasional
  1. Ujian Nasional adalah salah satu jenis evaluasi yang dilakukan pada dunia pendidikan dan disesuaikan dengan standar pencapaian hasil secara nasional. UAN merupakan penilaian pada akhir proses pembelajaran di sekolah ( Vanny, 2012).
  2. Ujian Nasional, dapat diartikan sebagai hasil menguji mutu suatu kepandaian untuk memperoleh hasil belajar yang dilakukan pada akhir jenjang pendidikan yang bersifat nasional.
  3. Ujian Nasional (UN) adalah kegiatan pengukuran pencapaian kompetensi peserta didik pada beberapa mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka menilai pencapaian standar nasional pendidikan ( al- Hafizh, 2013).
  4. Ujian Nasional biasa disingkat UN / UNAS adalah sistem evaluasi standar pendidikan dasar dan menengah secara nasional dan persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh Pusat Penilaian Pendidikan, Depdiknas di Indonesia berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 menyatakan bahwa dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional dilakukan evaluasi sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan (Astuti, 2012 ).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa ujian nasional adalah kegiatan yang dilakukan pada setiap akhir tingkat pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dan sebagai penentu mutu pendidikan serta persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh pusat penilaian pendidikan.
2. Tujuan Diadakan Ujian Nasional (UN)
Tujuan diadakan Ujian Nasional (UN) Menurut Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 153/U/2003 Tentang Ujian Akhir Nasional Tahun Pelajaran 2003/2004 bahwa tujuan dan fungsi ujian nasional seperti yang tercantum dalam SK Mendiknas 153/U/2003 yaitu:
Tujuan Ujian Nasional (Pasal 2):
1. Mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.
2. Mengukur mutu pendidikan di tingkat nasional, propinsi, kabupaten/kota, dan   
    sekolah/madrasah.
3.    Mempertanggungjawabkan penyelenggaraan pendidikan secara nasional, propinsi, kabupaten/kota, sekolah/madrasah, dan kepada masyarakat.
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 77 tahun 2008 tanggal 5 Desember 2008 tentang Ujian Nasional Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah (SMA/MA) Tahun Pelajaran 2008/2009 tujuan Ujian Nasional (UN) adalah untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.

  
3.    Pengertian psikologi
Ada banyak ahli yang mengemukakan pendapat tentang pengertian psikologi, diantaranya:
  1. Pengertian psikologi menurut Dalyono (2010), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang berusaha memahami perilaku manusia, alasan dan cara mereka melakukan sesuatu, dan juga memahami bagaimana makhluk tersebut berfikir dan berperasaan.
  2. Pengertian psikologi menurut Dakir (1993), psikologi membahas tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan lingkungannya.
  3. Pengertian psikologi menurut Djamarah (2008), psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental, pikiran dan tingkah laku.
  4.  Pengertian psikologi menurut Muhibbin Syah (2001), psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam hubungannya dengan lingkungan. Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
    Dari beberapa definisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari kehidupan mental, pikiran dan tingkah laku manusia, baik sebagai individu maupun dalam hubungannya dengan lingkungannya. Tingkah laku tersebut berupa tingkah laku terbuka dan tertutup, Tingkah laku terbuka adalah tingkah laku yang bersifat psikomotor yang meliputi perbuatan berbicara, duduk , berjalan dan lain sebagainya, sedangkan tingkah laku tertutup meliputi berfikir, berkeyakinan, berperasaan dan lain sebagainya.
4.        Pengertian Siswa
Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan social, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/paedagogis.
1.        Pendekatan sosial, siswa adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk  menjadi anggota masyarakat yang lebih baik. Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. siswa perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dari masyarakat. Kehidupan bermasyarakat itu dimulai dari lingkungan keluarga dan dilanjutkan di dalam lingkungan masyarakat sekolah. Dalam konteks inilah, siswa melakukan interaksi dengan rekan sesamanya, guru-guru, dan masyarakat yang berhubungan dengan sekolah. Dalam situasi inilah nilai-nilai social yang terbaik dapat ditanamkan secara bertahap melalui proses pembelajaran dan pengalaman langsung.
2.        Pendekatan Psikologis, siswa adalah suatu organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. siswa memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, social-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. Perkembangan menggambarkan perubahan kualitas dan abilitas dalam diri seseorang, yakni adanya perubahan dalam struktur, kapasitas, fungsi, dan efisiensi. Perkembangan itu bersifat keseluruhan, misalnya perkembangan intelegensi, sosial, emosional, spiritual, yang saling berhubungan satu dengan lainnya.
3.        Pendekatan edukatif/paedagogis, pendekatan pendidikan menempatkan siswa sebagai unsur penting, yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu.
Pengertian Siswa Menurut Wikipedia Siswa adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa siswa adalah salah satu dari komponen pendidikan yang memiliki potensi-potensi yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, agar menjadi manusia yang dapat bermanfaat bagi dirinya, keluarga maupun masyarakat.

5.        faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi anak
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik,dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakatan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu . Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal ( Ummah, 2012 ). Termasuk pada faktor internal adalah :
1. Kecakapan dan keterampilan seorang anak.
Seorang anak yang cakap dan terampil akan lebih mudah dalam mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam dirinya. Contohnya: seorang anak yang pandai bergaul, akan lebih mudah dalam bersosialisasi dengan lingkungannya.
2. Harga diri.
Seorang anak yang dapat menghargai dirinya sendiri dengan baik tidak akan mengalami kesulitan dalam menghadapi berbagai hal yang dihadapinya.
3. Persepsi seseorang anak mengenai diri sendiri.
Pandangan seorang anak terhadap dirinya dapat mempengaruhi dalam perkembangan konatifnya. Seorang anak yang memandang dirinya buruk akan lebih sulit dalam mengembangkan potensi dalam dirinya. Contoh: seorang anak yang kurang percaya diri akan merasa malu untuk menunjukkan kemampuannya.
4. Keinginan.
Anak yang memiliki keinginan dipastikan memiliki motivasi yang tinggi untuk meraih keinginannya.


Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah :
1. Adanya orang terdekat yang dapat dipercaya.
Dengan adanya orang-orang yang mempunyai hubungan erat/dekat dan orang tersebut dapat memberikan kepercayaa sehingga melalui orang-orang terdekatnya itu perkembangan konatif anak dapat meningkat karena adanya dorongan dari orang-orang yang tersayang. Contohnya: sahabat, orang tua, kakak, dan adik.
2. Cara orang tua mendidik dan membina anak.
Orang tua yang mendidik anak dengan cara bertahap dalam menjelaskan sesuatu hal, dan mendidik anak dengan penuh kasih sayang, biasanya anak-anak mereka memiliki kepercayaan diri yang tinggi dan mereka akan mudah dalam mengembangkan potensi-potensi yang dimilikinya. Contohnya: orang tua mengajarkan tentang kepercayaan diri kepada seorang anak disertai dengan memberikan dorongan kepada anak.
3. Jenis dan sifat pergaulan.
Pergaulan seorang anak dalam lingkungannya akan berpengaruh terhadap motivasi yang dimunculkan dalam dirinya.
4. Kelompok bermain dimana seseorang anak bergabung.
Kelompok bermain yang diikuti oleh seorang anak berpengaruh dalam pengembangan potensi seorang anak.
6.    Dampak ujian nasional bagi siswa
Ujian nasional dapat memberikan dampak yang baik maupun dampak yang buruk pada psikologi siswa, yang menjadi masalah adalah dampak negatifnya. Salah satunya adalah dapat menimbulkan kecemasan dan ketakutan.
Sedangkan menurut Syahril  dalam Sonariah (2009) “UN merupakan momok yang telah membuat tingginya tingkat stres”. Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa, tingginya tingkat stres merupakan bagian dari tekanan fisik dan mental yang sangat luar biasa yang dialami secara merata oleh semua orang yang menempuh pendidikan.

Menurut wibowo (2012) Gejala perilaku siswa yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan gejala sosial. Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan pernafasan (nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringat, gemetar, kepala pusing, mual, lemah, ngeri, sering buang air besar dan kencing, nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah. Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang percaya diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri, tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan , kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa, terancam, dan  kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban, menyontek, menyalahkan soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya belum pernah mengajarkan materi yang diujikan.
Kecemasan merupakan  kondisi psikologis dan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini. Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik.  Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran, kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan.
Menurut Freud (Schultz & Schultz, 2005) dalam Herdi dan komalasari (2011) kecemasan adalah komponen utama dan memegang peranan penting dalam dinamika kepribadian seorang individu.
Spielberger et al. (1977) menganggap kecemasan sebagai salah satu faktor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Jadi dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kecemasan adalah kondisi psikologis dari kehidupan manusia. Kecemasan merupakan salah satu factor penghambat dalam belajar yang dapat mengganggu kinerja fungsi-fungsi kognitif seseorang, seperti kesulitan untuk berkonsentrasi, mengingat, pembentukan konsep dan pemecahan masalah.
Kondisi psikologis dalam bentuk kecemasan akan terus meningkat seiring dengan pesatnya kemajuan peradaban material serta jauhnya manusia dari pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Allah swt.
Sedangkan factor lain yang mengganggu psikologi siswa yaitu stress saat menghadapi ujian. Menurut Ansori (2011) definisi stress bagi setiap orang berbeda, namun secara umum stress didefinisikan sebagai pola respon yang ditimbulkan seseorang karena peristiwa atau hal yang mengganggu keseimbangan psikologisnya (Duffy & Atwater, 1990).
Selama ini, stress dianggap selalu memberikan efek negatif terhadap individu- nya namun ternyata ada juga stress yang membawa efek positif bagi individu. Stress yang menimbulkan efek negatif bagi individu disebut distress, yang selalu dialami oleh siswa ketika menghadapi ujian.
Sedangkan stress yang justru bermanfaat untuk individu adalah eustress. Eustress sangat bermanfaat bagi pengembangan diri kita karena ia membuat kita menjadi lebih fokus dan waspada, mempersiapkan diri lebih baik, serta sadar pada hal-hal yang masih kurang. Eustresslah yang memicu semangat kita dalam melakukan sesuatu secara baik dan benar (Lubis, 2007). Dalam menghadapi ujian, tipe stress inilah yang lebih dapat berperan penting dalam mempersiapkan kondisi psikologis siswa.
            Menurut kartika (2011) Ujian Nasional juga memiliki sisi positif dan sisi negatif. Sisi positif dari ujian nasional salah satunya adalah cara belajar. Dengan adanya ujian nasional ini, siswa akan semangat untuk belajar. Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi. Sedangkan sisi negatif dari ujian nasional adalah : Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar dan  siswa kehilangan waktu untuk bermain.
Sedangkan menurut Wibowo (2012) Siswa yang dinamika psikisnya baik, tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, dimungkinkan karena :
  1. sudah menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan;
  2.  penuh percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan, serta siap menghadapi kenyataan.
  3. sugesti diri yang positif akan keberhasilan dalam menghadapi Ujian Nasional.
  4. memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.
  5.  menganggap bahwa ujian adalah merupakan hal yang biasa dan harus dilalui dalam proses pembelajaran.
  6. menganggap bahwa lulus atau gagal adalah merupakan yang wajar dalam menghadapi Ujian Nasional.
  7.  ingin membuktikan kemampuan yang dimiliki apa sudah bisa mencapai standar kompetensi lulusan secara nasional yang ditetapkan dalam Ujian Nasional.       
Sedangkan siswa yang dinamika psikisnya tidak baik  akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional,dimungkinkan karena:
  1.  tidak  menguasai materi pembelajaran yang akan di Uji Nasional-kan.
  2. tidak percaya diri,dan tidak siap dan biasa menghadapi kenyataan.
  3.  tidak memiliki kesiapan mental dan phisik dalam menghadapi Ujian Nasional.
  4. menganggap bahwa ujian (Ujian Nasional) adalah merupakan hal yang menakutkan.
  5.  menganggap Ujian Nasional harus lulus dan jika tidak lulus adalah tabu karena disekolah setiap  ujian pasti lulus.
  6.   pembelajaran disekolah dianggap belum mencukupi untuk membekali dirinya dalam menghadapi Ujian Nasional.
  7.  proses pembelajaran di sekolah tidak menerapkan sistem evaluasi/ujian yang  obyektif, berkeadilan,dan akuntabel.
       8. hasil Ujian Nasional akan menentukan kelulusan pada akhir masa studi.
Berdasarkan hasil penelitian Djemari Mardapi dan Badrun Kartowagiranonal (2009), ujian nasional  memiliki dampak positif  terhadap siswa antara lain: 81% siswa dari sekolah kategori tinggi dan 65% siswa dari sekolah kategori rendah menambah jam belajar. Sebagian besar dari mereka menambah jam belajar sekitar 10 jam/minggu dengan cara mengikuti les di sekolah dan guru berpendapat bahwa dengan danya UN siswa termotivasi untuk belajar.
Sedangkan dampak  negatif  dari UN pada siswa, ada 41% siswa SMP kategori rendah dan 41% siswa SMP kategori tinggi merasa adanya kelelahan fisik. Sementara itu, 47% guru dari SMP kategori tinggi dan 66% guru SMP kategori rendah mengatakan bahwa UN menimbulkan kelelahan fisik siswa. Selain itu, 34% guru SMP kategori tinggi dan 53% guru SMP rendah mengatakan bahwa UN menimbulkan stress pada siswa.
Berdasarkan hasil penelitian dan pendapat di atas menunjukkan bahwah ujian nasional memiliki dampak positif dan dampak negative bagi siswa, dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa lebih besar dampak positifnya dari pada dampak negatifnya. Adapun dampak positifnya adalah :
  1. siswa akan semangat untuk belajar.
  2. Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi.
Sedangkan dampak  negatif dari ujian nasional adalah :
1. Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar.
2. Sisi negatifnya yang lainnya adalah, siswa kehilangan waktu untuk bermain.
7. Cara mengatasi rasa cemas atau dampak negatif bagi siswa dalam menghadapi Ujian
    Nasional.
Cara mengatasi kecemasan pada siswa, dalam menghadapi ujian nasional yaitu dengan pendekatan social, pendekatan psikologi dan pendekatan edukatif.
  1. Pendekatan social ( peran orang tua )
Menurut ansori (2011), untuk membantu anak-anak mengelola kondisi psikologisnya ketika akan menghadapi ujian, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
  1. Tidak berlebihan menekan anak saat belajar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian. Ini yang disebut dengan meniadakan stressor. 
  2. Mengajak anak berpikir: “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini mungkin, tapi sulit.”
  3. Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang penting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang tiba – tiba saat berada di ruang ujian.
  4.  Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan.  
  5.  Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin tenang ketika mendekati masa-masa ujian.Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantunkan doa sebelum belajar bersama dengan anak.
  1. Pendekatan psikologi
Menurut Wibowo (2012) ada sepuluh jurus kesiapan menghadapi ujian nasional, agar tidak cemas, takut dan stress yaitu :
1.       Penguasaan Materi Pembelajaran
2.      Meningkatkan Rasa Percaya  Diri
3.       Meningkatkan Konsentrasi Belajar
4.      Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar
5.      Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional
6.       Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien
7.      Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional
8.      Ketekunan Dalam Belajar
9.      Motivasi Diri untuk Berhasil  Ujian Nasional
10.   Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional



  1. Pendekatan edukatif
Menurut Yudhawati dan Haryanto (2011), cara untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa yaitu :
1.      Mencipkan suasana pembelajaran yang menyenangkan
2.      Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyannya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.
3.      Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
4.      Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
5.       Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).
6.      Menggunakan pendekatan humanistic dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.
7.      Guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosoknyang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
8.      Mengembangkan system penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri ( self assessment ) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
9.      Pengembangan manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa
10.  Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah
Dari keempat pendapat diatas, dapat disimpulakn bahwa banyak cara yang dapat digunakan untuk mencegah dan menghilangkan kecemasan, ketakutan dan steres yang menyebabkan psikologi siswa jadi terganggu yaitu dengan tiga pendekatan. Adapun tiga pendekatan itu yaitu pendekatan social ( Peran orang tua ), pendekatan psikologi ( dalam diri siswa sendiri ), dan pendekatan edukatif ( peran sekolah ).
III.   PENUTUP
A.      KESIMPULAN
Ujian nasional adalah  kegiatan yang dilakukan pada setiap akhir tingkat pendidikan untuk mengukur kemampuan siswa dan sebagai penentu mutu pendidikan serta persamaan mutu tingkat pendidikan antar daerah yang dilakukan oleh pusat penilaian pendidikan. 
Ujian nasional mempunyai dampak positif dan dampak negatif bagi psikologi siswa, adapun dampak positif dan dampak negatifnya yaitu :
a.         Dampak positif  dari ujian nasional bagi siswa
1.    Siswa akan semangat untuk belajar.
2.    Siswa akan mulai bersaing dengan murid yang lain untuk mendapatkan nilai ujian nasional yang lebih tinggi.
b.  Dampak  negatif dari ujian nasional bagi siswa
1. Siswa harus menyiapkan tenaga ekstra untuk mengikuti les atau bimbingan belajar.
2. Sisi negatifnya yang lainnya adalah, siswa kehilangan waktu untuk bermain.
Dampak negative dari ujian nasional harus segera diatasi karena dapat mengganggu siswa dalam mencapai prestasi belajar dan kehatan fisik atau mental siswa, maka perlu adanya upaya-upaya tertentu untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa yaitu :
  1. Pendekatan social ( peran orang tua )
Menurut ansori (2011), untuk membantu anak-anak mengelola kondisi psikologisnya ketika akan menghadapi ujian, orang tua dapat melakukan beberapa hal di bawah ini:
  1. Tidak berlebihan menekan anak saat belajar adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan agar anak tidak semakin takut dan tegang ketika mempersiapkan ujian. Ini yang disebut dengan meniadakan stressor.
  2. Mengajak anak berpikir: “Ini sulit, tapi mungkin” daripada “Ini mungkin, tapi sulit.”
  3. Membantu anak untuk berpikir bahwa ujian adalah hal yang penting tapi bukan tidak mungkin dapat dilewati. Pemikiran anak yang berlebihan terhadap ujian adalah salah satu penyebab anak merasa grogi atau tegang sehingga pelajaran yang semula dipahami hilang tiba – tiba saat berada di ruang ujian.
  4. Berikan dukungan sosial pada anak dan tanamkan pemikiran positif pada anak bahwa ia dapat menghadapi ujian dengan baik tanpa harus merasa khawatir berlebihan. 
  5. Mengajak anak untuk beribadah dan berdoa bersama agar semakin tenang ketika mendekati masa-masa ujian.Ketika waktu belajar pun, orang tua dapat mengajarkan dan melantunkan doa sebelum belajar bersama dengan anak.
  1. Pendekatan psikologi
Menurut Wibowo (2012) ada sepuluh jurus kesiapan menghadapi ujian nasional, agar tidak cemas, takut dan stress yaitu :
  1. Penguasaan Materi Pembelajaran
  2. Meningkatkan Rasa Percaya  Diri
  3. Meningkatkan Konsentrasi Belajar
  4. Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar
  5. Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional
  6. Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien
  7. Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional
  8. Ketekunan Dalam Belajar
  9. Motivasi Diri untuk Berhasil  Ujian Nasional
  10. Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional



3.         Pendekatan edukatif
Menurut Yudhawati dan Haryanto (2011), cara untuk mencegah dan mengurangi kecemasan siswa yaitu :
  1. Mencipkan suasana pembelajaran yang menyenangkan
  2. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung guru seyogyannya dapat mengembangkan “sense of humor” dirinya maupun para siswanya.
  3. Melakukan kegiatan selingan melalui berbagai atraksi “game” atau “ice break” tertentu, terutama dilakukan pada saat suasana kelas sedang tidak kondusif.
  4. Sewaktu-waktu ajaklah siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran di luar kelas, sehingga dalam proses pembelajaran tidak selamanya siswa harus terkurung di dalam kelas.
  5. Memberikan materi dan tugas-tugas akademik dengan tingkat kesulitan yang moderat (tidak terlalu mudah).
  6. Menggunakan pendekatan humanistic dalam pengelolaan kelas, dimana siswa dapat mengembangkan pola hubungan yang akrab, ramah, toleran, penuh kecintaan dan penghargaan, baik dengan guru maupun dengan sesame siswa.
  7. Guru seyogyanya berupaya untuk menanamkan kesan positif dalam diri siswa, dengan hadir sebagai sosoknyang menyenangkan, ramah, cerdas, penuh empati dan dapat diteladani, bukan menjadi sumber ketakutan.
  8. Mengembangkan system penilaian yang menyenangkan, dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penilaian diri ( self assessment ) atas tugas dan pekerjaan yang telah dilakukannya.
  9. Pengembangan manajemen sekolah yang memungkinkan tersedianya sarana dan sarana pokok yang dibutuhkan untuk kepentingan pembelajaran siswa
  10. Mengoptimalkan pelayanan bimbingan dan konseling disekolah


B.     SARAN     
  1. Hendaknya  siswa dapat mempersiapkan diri semaksimal mungkin untuk menghadapi ujian nasional, agar mendapat hasil seperti yang diharapkan
  2. Hendaknya orang tua dapat memotivasi anaknya, supaya  rajin belajar dan menciptakan kondisi yang senyaman-nyamannya di rumah.
  3. Hendaknya guru dan sekolah dapat mencipkan suasana yang aman, damai dan pembelajaran yang kondusif supaya siswa dapat mencapai tujuan akhir seperti yang diharapkan.
















DAFTAR PUSTAKA

Batara, Panji. 2011. Solusi cerdas mengatasi cemas. Jakarta: ST book.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi belajar. Jakarta: Rineka Cipta
Dalyono. 2010. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Dakir. 1993. Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Kartika, M. 2011. Landasan kependidikan dan problematika pendidikan. Dampak positif dan
               negatif adanya ujian nasional.
Mardapi, D,  dan Kartowagiran, B. 2009. Dampak ujian nasional. Laporan   
              penelitian.Yogyakarta: Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta.
Muhibbinsyah. 2001. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: PT. Remaja  
Rosdakarya.
Yudhawati dan Haryanto. 2011. Teori-teori dasar psikologi pendidikan. Jakarta: Prestasi
           Pustaka
Yuwono, Susatyo. 2013. National examination and playing time of children. Laporan
           penelitian. Surakarta : Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah
http://vanny03august.blogspot.com/2012/03/pengertian-ujian-nasional.html
http://www.referensimakalah.com/2013/04/pengertian-ujian-akhir-nasional.html
http://melly-mellypujiastuti.blogspot.com/2012/02/pengertian-ujian-nasional.html
http://rohmatulummah19.blogspot.com/p/faktor-faktor-yang-mempengaruhi.html

2 komentar: